DESA SEGARAN

Jln.Raya Batujaya Desa.Segaran Kec.Batujaya Kab.Karawang

CANDI BLANDONGAN

Candi tertua yang ada di jawa barat.

KARANG TARUNA

Meningkatkan Reg-generasi Menjadi Lebih Baik.

KIM

Kelompok Informasi Masyarakat.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 28 April 2018

TUGAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

1. Tugas Pokok
      Bidang Penelitian, Pengembangan, dan Statistik dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan dalam perumusan kebijakan teknis, pengoordinasian, pembinaan, pengawasan, pengendalian, pengelolaan, fasilitasi, evaluasi, dan pelaporan kegiatan di bidang penelitian dan pengembangan.
 
2. Fungsi
         Untuk melaksanakan tugas, Bidang Penelitian, dan Pengembangan mempunyai fungsi:
    -     perumusan kebijakan teknis di bidang penelitian dan pengembangan;
    -     pengoordinasian dan pelaksanaan kegiatan di bidang penelitian dan pengembangan;
    -     pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan di bidang penelitian dan pengembangan;
    -     pengelolaan dan fasilitasi kegiatan di bidang penelitian dan pengembangan;
    -     pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang penelitian dan pengembangan; dan
    -     pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan di bidang penelitian dan pengembangan.
    Tugas
            Untuk melaksanakan tugas dan fungsi, Kepala Bidang Penelitian, dan Pengembangan bertugas :
    a.     menyusun rencana dan program kegiatan Bidang Penelitian dan Pengembangan berdasarkan     
           peraturan perundang-undangan dan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya sebagai pedoman 
           pelaksanaan tugas;
    b.          menjabarkan perintah pimpinan melalui pengkajian permasalahan dan peraturan perundang-
           undangan agar pelaksanaan tugas berjalan efektif dan efisien;
    c.          membagi tugas bawahan sesuai dengan jabatan dan kompetensinya serta memberikan arahan       
           baik secara lisan maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas;
    d.         melaksanakan koordinasi dan konsultasi dengan instansi terkait baik vertikal maupun horizontal 
           untuk mendapatkan informasi, masukan, serta dalam rangka sinkronisasi dan harmonisasi 
           pelaksanaan tugas;
    e.          menelaah dan mengkaji peraturan perundang-undangan sesuai lingkup tugasnya sebagai bahan 
           atau pedoman untuk melaksanakan kegiatan;
    f.           menyiapkan konsep kebijakan Kepala Badan dan naskah dinas yang berkaitan dengan kegiatan  
           perencanaan ekonomi, pemerintahan, dan sosial budaya;
    g.          menyelenggarakan penelitian dan pengkajian serta menyiapkan rekomendasi perizinan di bidang 
           penelitian serta ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
 
 

STRUKTUR KIM

STRUKTUR
KIM DESA SEGARAN KECAMATAN BATUJAYA
KABUPATEN KARAWANG
 
 
PEMBINA            : H.RUSLI.HN.,SE
PENGARAH        : WAHYU PURNAMA

KETUA                 : WIWI ZAENAL ABIDIN
WAKIL KETUA    : SATRIO
SEKRETARIS     : MURDIAH
BENDAHARA     : AMIH AMELIA

Bidang-bidang :

  • - Bidang Penelitiah dan Pengembangan: JAINUL
  • - Bidang Pendidikan dan Pelatihan : HAIKAL FADILAH
  • - Bidang Pemberdayaan Masyarakat : ABDUL AZIS
  • - Bidang UMKM / Ormas : ABDUL HADI
  • - Bidang Kepemudaan dan Remaja : RIFKI ALKALINE
  • - Bidang Pengumpulan, Penyebaran dan Informasi : DENI

Jumat, 27 April 2018

TUJUAN, VISI DAN MISI KIM


Tujuan :
  1.   Membentuk masyarakat yang bertaqwa kepada Allah WT/Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Menampung masyarakat yang memiliki kepedulian dan kemauan dalam berorganisasi maupun dalam melakukan pegabdian kepada masyarakat lainnya baik dalam kegiatan positif maupun informasi positif sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang informatif, unggul, cerdas, kompetitif dan berdaya saing.
  3. Membentuk organisasi KIM yang senantiasa melakukan aktifitas dibidang pengumpulan, pengelolaan serta pelayanan informasi kepada masyarakat.
  4. Menjadikan organisasi ini sebagai pusat rujukan, pengembangan, dan penyampaian informasi yang komunikatif, berbudi luhur serta adaptif terhadap kepentingan masyarakat.
  5.  Memelihara dan mempererat rasa kekeluargaan diantara semua anggota pengurus maupun masyarakat Desa Segaran Kecamatan Batujaya Kabupaten Karawang.
Visi KIM 
Mewujudkan masyarakat madani, informatif, berwawasan, unggul, cerdas, kompetitif dan berdaya saing menuju era kontemporer.

Misi KIM
  1.  Meningkatkan kepercayaan dan partisipasi masyarakat agar KIM (Kelompok Informasi Masyarakat) mampu menjadi sumber utama informasi.
  2.  Meningkatkan peran serta pengurus dalam pengumpulan, pengolahan, pengembangan dan penyampaian informasi.
  3.  Meningkatkan aktifitas KIM secara berkala dan berkesinambungan.
  4.  Meningkatkan aktualitas informasi.
  5.  Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya informasi.
  6.  Meningkatkan pengetahuan pengurus serta masyarakat luas di berbagai bidang garapan.
  7.  Meningkatkan kepekaan sosial pengurus KIM.
  8.  Meningkatkan kepekaan sosial masyarakat.

Senin, 23 April 2018

CANDI SERUT

CANDI SERUT 

            Situs ini Memiliki Struktur Bangunan yag sudah sangat rusak, berdenah bujur sangkar dengn panjang sisi-sisinya 7,77m. Situs ini mempunyai satu tangga naik atau pintu masuk di sisi timur laut. Bentuk Bingkaiannya sama denga situs TLJ 1a pada kaki candi sisi barat laut nampak adanya gejala perbaikan atau perubahan pada masa lampau setelah candi ini berdiri.




Candi ini bersebelahan dengan candi serut atau TLJ 1a. Bertempat di Desa Telukbuyung Pakisjaya Karawang (Kompleks Situs Cagar Budaya Batujaya)

CANDI BLANDONGAN

.

Candi Blandongan

Candi ini sekarang sudah selesai di Pugar dan layak untuk di kunjungi untuk wisata di Batujaya. Candi Blandongan ini Sering di Kunjungi untuk Pembuatan Film Documentary, acara acara tertentu lainya dan Para Pelajar dengan Tugas Pendidikan sama halnya dengan Candi candi yang lainnya yang ada di Komplek Percandian Batujaya. Dan Candi ini di jadikan tempat ibadah untuk Umat Budha dan Hindu. Kunjungi Website Candi Blandongan dan Dapatkan Petunjuk Arah di: http://candiblandongan.business.site/


Netmediatama - Indoensia Bagus Karawang


















Samsung Indonesia - Rencanakan & Wujudkan Hal yang Tertunda.












































ANTV Official - Jejak Paranormal
Waisak di Candi Blandongan
*Data Kegiatan Eskavasi : (Tim Arkeologi). Situs candi Blandongan berukuran 110 x 38 m. Situs ini pertama kali di teliti pada tahun 1992 oleh Puslit Arkenas (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional ). Sampai tahun 1998 penelitian berhasil menampakan denah bangunan bujur sangkar dengan ukuran 25 x 25 m dan terdapat empat tangga naik di setiap sisi. Di setiap tangga naik, terdapat 9 trap anak tangga. Dengan ukuran tinggi trap tangga 21cm, panjang 37 cm. Trap tangga tersebut terbuat dari Batu Andesit dengan ukuran tebal 8 cm, lebar 20 cm dan panjang 45 cm. 4 buah tangga tersebut,sekarang sudah selesai di pugar oleh Balai pelestarian peninggalan purbakala (Bp3 serang).

Tinggi situs candi Blandongan yang masih tersisa pada saat ini adalah sekitar 3,5 m. denah bangunan luar berukuran 25 x25 m ini merupakan tembok keliling sebuah bangunan candi yang merupakan satu kesatuan dengan bangunan inti. Dinding keliling bangunan candi ini terbuat dari Batu bata yang di susun rapih dengan menggunakan pola Copstrek ( panjang pendek ) di bagian luarnya. ketebalan tembok dinding candi ini adalah 1.75 cm. Bagian keliling dinding luar terdapat hiasan-hiasan seperti pelipit datar, pelipit kumuda (haplon), pelipit sisi genta dan pelipit kerucut terpotong (gerigi) empat sisi dinding keliling bangunan ini sudah selesai di pugar.

Di dinding luar di temukan sisa-sisa lepa yang berwarna putih, kemungkinan besar candi ini dulunya berwarna putih dengan ketebalan lepa 0.5 cm. Sisa-sisa lepa itu masih terlihat jelas di dinding-dinding candi Blandongan. Pada bagian dinding dalam terdapat halaman bata yang di lapisi oleh stuco. Stuco adalah sejenis beton dengan bahan kerikil di campur kapur dan tumbukan kulit kerang. Karena sudah termakan oleh usia lapisaan ini sudah terkikis dan lapisan batanya sudah banyak mulai terliat. Di halaman atas candi ini juga ditemukan semacam bekas Umpak tiang bangunan yang berjulah 16 buah batu umpak.di setiap sisi terdapat empat buah batu umpak tiang sebuah bangunan ( hasil temuan Bp3 serang ).

 Tepat di tengah halaman, terdapat bangunan inti yang menyisakan bagian kaki yang denahnya bujur sangkar dengan ukuran 9.2 mx 9.2 m sudutnya menonjol, seperti Baspion pada sebuah benteng. bagian atasnya sudah rusak dan di bagian atas juga terdapat semacam saluran air, ini juga masih belum jelas pungsi dan kegunaannya (masih dalam penelitian) Candi Blandongan mulai di pugar pada tahun 1999 oleh Bp3 serang. Dan pada tahun 2000 tidak ada kegiatan pemugaran di situs candi Blandongan, baru pada tahun 2001 sampai saat ini kegiatan pemugaran masih berjalan dan sudah mendekati tahap akhir. Berdasarkan pengamatan pada fisik bangunan candi Blandongan sudah mengalami penambahan bangunan (rehab) pada masa itu, ini dapat di lihat pada sisi barat daya dan barat laut satu pilar yang sengaja di buka untuk memperlihatkan bentuk pilar sebelumnya. Sejak pertama kali penelitian tahun 1992 hingga sekarang saat pemugaran berhasil menemukan benda–benda suci yang biasa di gunakan pada saat upacara keagamaan, salah satunya Amulet/terakota dari bahan tanah liat yang di bakar. Amulet itu bergambarkan tokoh–tokoh dalam agama Budha dan di bawahnya terdapat tulisan yang berisi mantra-mantra. Dari temuan stupika tablet (Amulet) Candi Blandongan dapat di perkirakan pada abad ke IV–VII M, bahkan berdasarkan hasil penanggalan dengan menggunakan Carbon Dathing pada tahun 2001 memberikan hasil penanggalan yang lebih tua lagi yakni antara 150 – 400 M.

Dapatkan Petunjuk Arah di: http://candiblandongan.business.site/


Kantor Kelurahan Desa Segaran

          Kantor Wilayah Desa Segaran ini melingkupi jalan raya Batujaya, sungai irigasi, sasak gein, jalan candi jiwa, kampung rawa, rawa indah, budeman lembang, poncol, kampung segaran, blok komplek segaran, blok masjid, prapatan tolib, tanjungan, segartanjung, kampung sumur, sumur jaya. Desa Segaran ini terdapat area wisata yang mana di kompleks percandian batujaya seperti, candi jiwa batujaya, candi blandongan, museum situs cagar budaya batujaya, candi damar, unur lempeng dan candi segaran IV (empat). Lihat di Peta Kantor Desa Segaran Peta Wilayah Desa Segaran


Minggu, 22 April 2018

PARIWISATA

        Di kawasan situs Batujaya terdapat peninggalan dari masa klasik. Kawasan Batujaya mencakup wilayah yang cukup luas yaitu sekitar 5 km2, terbentang pada koordinat 06°02’52,10” - 06°03’34,17” Lintang Selatan dan 107°09’01,00” - 107°09’05,91” Bujur Timur. Secara administratif kawasan ini termasuk di wilayah Desa Segaran Kecamatan Batujaya dan desa Telagajaya Kecamatan Pakisjaya. Situs berada tidak jauh dari dari garis pantai utara Laut Jawa, pada areal persawahan dan sebagian pada areal pemukiman penduduk. Di sebelah selatan situs terdapat aliran Sungai Citarum. Sungai dan persawahan tidak pernah mengalami masa kering. Sepanjang tahun basah oleh genangan dan air resapan.
        Penelitian di kawasan situs Batujaya dimulai tahun 1975-1976 berupa penelitian penjajagan. Selanjutnya pada 1984 dilakukan penelitian (ekskavasi) oleh Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI). Sejak itu kemudian dilakukan peneitian lebih intensif yang dilakukan oleh berbagai lembaga antara lain FS UI, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas), Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah (Ditlinbinjarah(, Universitas Tarumanagara (Untar), Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), dan Balai Arkeologi (Balar) Bandung.
        Tinggalan arkeologis di Batujaya hingga tahun 2000 telah ditemukan 24 situs tersebar di Desa Segaran dan Telagajaya. Di Desa Segaran ditemukan 13 situs dan di Telagajaya 11 situs. Dari ke-24 situs ini terdapat beberapa situs yang telah diekskavasi dan menampakkan sisa bangunan candi. Gundukan tanah yang di dalamnya berisi reruntuhan bata-bata kuno masyarakat menyebutnya dengan istilah ‘unur’. Situs tersebut antara lain Segaran I (SEG I atau Unur Jiwa), Segaran III (SEG III atau Unur Damar), Segaran IV (SEG IV), Segaran V (SEG V atau Unur Blandongan), Segaran IX (SEG IX atau Situs Kolam), Telagajaya I (TLJ I atau Unur Serut), Telagajaya V (TLJ V atau Unur Asem), dan Telagajaya VIII (TLJ VIII).
        Unur Jiwa telah berhasil diekskavasi semuanya dan pemugaran dimulai sejak tahun 1997 hingga 2004. Situs ini berada pada koordinat 06° 03' 427" Lintang Selatan dan 107° 09' 287" Bujur Timur. Bangunan candi yang ada tinggal bagian kaki dan sedikit bagian atas sisa tubuh candi. Bangunan candi berdenah bujursangkar berukuran 19x19 m. Tinggi bagian yang tersisa 4,7 m. Orientasi bangunan ke arah tenggara – baratlaut. Karena tidak ditemukan adanya tangga atau pintu masuk maka arah hadapnya tidak diketahui. Di bagian atas bangunan terdapat susunan bata yang membentuk bujur sangkar dan susunan bata yang melingkar konsentris membentuk menyerupai kelopak bunga teratai.
        Bangunan di Unur Jiwa ini sekarang sudah selesai dipugar. Pada papan nama yang terdapat di lokasi itu disebut dengan nama Candi Jiwa. Dengan selesainya pemugaran tampak bahwa profil kaki terdiri pelipit rata (patta), pelipit penyangga (uttara), dan pelipit setengah lingkaran (kumuda). Sambungan bata pada bagian kaki menunjukkan penggunaan lapisan perekat tipis berwarna putih. Lapisan ini biasa disebut dengan stuco. Pada permukaan bata juga ada yang masih menyisakan lapisan stuco. Berdasarkan jejak seperti itu diperkirakan bahwa dinding bangunan dahulu ditutup dengan lapisan stuco.
        Di bagian atas terdapat struktur bata melingkar berdiameter sekitar 6 m. Bagian ini mungkin merupakan dasar stupa atau lapik suatu teras. Bagian yang menakjubkan juga terdapat di permukaan atas, yaitu pada sisi-sisinya dibuat bergelombang sehingga memunculkan kesan kelopak bunga teratai yang sedang mekar.
Di Unur Damar (SEG III) terdapat sisa bangunan berupa bagian kaki candi berdenah empat persegi panjang berukuran 20 X 15 m. Pada sisi barat laut terdapat bagian tangga yang kondisinya sudah melesak. Di situs SEG IV juga terdapat sisa bangunan berdenah bujur sangkar berukuran 6,5 X 6,5 m dengan tinggi yang tersisa 1 m. Di bagian sisi tenggara terdapat struktur yang menjorok ke luar seperti sisa bagian tangga.
Unur Blandongan (SEG VI) merupakan unur yang luasnya relatif sama dengan Unur Jiwa. Situs ini berada pada koordinat 06° 03' 351" Lintang Selatan dan 107°  09' 203" Bujur Timur. Di Unur Blandongan terdapat bangunan candi berdenah bujur sangkar dengan ukuran 25 X 25 m. Pada keempat sisinya terdapat anak tangga. Bagian bawah bangunan terdapat bagian selasar (lorong) yang memisahkan dinding selasar dengan badan bangunan yang berlapik. Lapik bangunan berukuran 12 X 12 m. Pada bagian lapik ini terdapat badan bangunan berukuran 10 X 10 m. Ekskavasi di situs ini menemukan sejumlah tablet yang bergambar relief Buddha. Sebagian di antaranya ada yang bertulisan dengan huruf Pallawa. Selain itu juga ditemukan         beberapa batu bergores. Unur Blandongan sekarang dalam tahap renovasi.
        Bangunan yang tampak di situs SEG IX berupa bangunan kolam berdenah empat persegi panjang dengan ukuran 7,35 X 10,55 m. Ketebalan dinding rata-rata 1,7 m m kecuali dinding sisi timur laut dengan ketebalan lebih dari 4 m. Kedalaman kolam belum diketahui.
Unur Serut (TLJ I) berada pada koordinat 06° 03' 359" Lintang Selatan dan 107° 09' 052" Bujur Timur. Di situs ini terdapat empat bangunan. Bangunan TLJ IA belum seluruhnya terungkap. Bangunan ini berupa kaki candi dengan ukuran panjang yang sudah digali 22 m dan lebar 10 m. Bangunan TLJ IB sudah sangat rusak. Dari sisa yang ada diperkirakan berdenah bujur sangkar dengan panjang sisi-sisinya 8,5 m. Bangunan TLJ IC berdenah empat persegi dengan panjang sisi 6 m. Pada sisi timur laut terdapat tangga. Bangunan ini dilepa dan dihiasi ornamen yang terbuat dari bahan semen kapur (stucco). beberapa hiasan berupa kepala arca manusia dan binatang dari bahan stucco juga ditemukan dalam runtuhan di bagian luar kaki bangunan candi. Halaman di sekitar bangunan kemungkinan pernah mengalami pengurugan. Permukaan halaman kemudian ditutup dengan lapisan plester dari bahan stucco. Bangunan TLJ ID merupakan kolam. Struktur yang masih tersisa berupa tembok memanjang yang menyiku di dasar kolam.
Bangunan di situs TLJ V (Unur Asem) berdenah bujur sangkar berukuran 10 X 10 m. Candi ini dilengkapi dua tangga berada di sisi tenggara dan timur laut. Tangga yang berada di sisi tenggara dibangun lebih kemudian dari tangga yang berada di sisi timur laut. Di bagian atas sisa bangunan nampak susunan bata yang berdenah lingkaran konsentris.
Ekskavasi di situs TLJ VIII telah menampakkan sisa bagian kaki candi berdenah empat persegi panjang dengan ukuran panjang 6 m dan lebar 4 m. Pada sisi timur laut dilengkapi tangga. Di bagian tengah bangunan ini terdapat sumuran dengan ukuran 1,80 X 1,75 m.
Berdasarkan bentuk bangunan dan beberapa tinggalan arkeologik yang ada dapat dipastikan bahwa bangunan candi di kawasan Batujaya berlatarkan pada Buddha. Kawasan situs Batujaya diperkirakan berkaitan dengan Kerajaan Tarumanegara. Analisis terhadap C14 menunjukkan umur tertua dari abad ke-2 dan termuda dari abad ke-12. Keramik asing yang ditemukan menunjukkan keramik yang diproduksi dari abad ke-9 – 14 M.
        Beberapa runtuhan bangunan candi tersebut sekarang dalam pemugaran. Candi Jiwa merupakan yang pertama kali selesai dipugar. Pada saat ini yang dalam proses pemugaran adalah Candi Blandongan. Beberapa candi yang lain masih dalam tahap penelitian.
Karena masing-masing candi terpisahkan sawah, maka dibangunlah jalan setapak dengan lebar 1 m yang menghubungkan antara Candi Jiwa dan Blandongan. Untuk ke candi yang lain bisa melewati jalan pematang sawah.
 

Sejarah Candi Jiwa

Sejarah Candi Jiwa


 

Karawang sebagai salah satu kota di pesisir utara Jawa Barat selama bertahun-tahun telah dikenal sebagai lumbung beras nasional, Namun sebenarnya prestasi kota ini tidak sekadar sebagai penghasil beras semata. Pada zaman perang kemerdekaan, kota ini mengukir sejarah ketika sekelompok pemuda mendesak Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia dengan membawa Soekarno Ke Rengas Dengklok. Dan hasilnya, sehari setelah peristiwa tersebut Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Kini rumah ketika Soekarno pernah diungsikan tersebut masih dapat ditemukan tidak jauh dari pasar Rengas Dengklok. Dalam perkembangannya ternyata Karawang juga menyimpan potensi sumberdaya arkeologi yang sangat besar sejak masa prasejarah, klasik sampai masa Islam tumbuh dan berkembang di Jawa Barat. Dua situs dari masa klasik yakni Batujaya dan Cibuaya, sampai saat ini setidaknya memiliki 30 buah lokasi yang diduga merupakan bangunan candi dari masa Kerajaan Tarumanagara sampai Sunda. Satu jumlah yang berlum tertandingi oleh daerah lain di Jawa Barat dan tentu tidak berlebihan jika Karawang mendapat julukan sebagai Lumbung Candi di Jawa Barat.

Kependudukan
Masyarakat di daerah ini pada umumnya hidup dari bercocok tanam. Oleh karena itu, sebagian besar lahan di daerah Batujaya digunakan untuk areal persawahan irigasi. Pola tanam padi sebanyak dua kali setahun dan pola tata air yang baik menyebabkan daerah ini subur dan menjadi tulang punggung bagi penyediaan beras. Tak heran jika wilayah Karawang yang mempunyai luas wilayah sekitar 3120 Km ini dikenal sebagai lumbung padi nasional.
Di samping bercocok tanam, masyarakat yang tinggal di daerah pantai umumnya hidup sebagai nelayan tradisional. Tampaknya dua jenis pekerjaan ini merupakan keahlian yang telah dilakukan secara turun temurun dari leluhur mereka. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian arkeologi di Komplek Percandian Batujaya yang menemukan bandul jaring dan sisa-sisa kulit kerang pada bata - bata candi.
Dari catatan pemerintah Kolonial Belanda, pada tahun 1684 M daerah ini hanyalah berupa rawa-rawa yang tidak berarti. Baru pada tahun 1706 M atas perintah pemerintah Kolonial Belanda, daerah ini dibersihkan dan dijadikan areal persawahan dan perkebunan. Artinya, sejak runtuhnya Komplek Percandian Kegiatan menanam padi dengan latar belakang candi Blandongan Batujaya, daerah ini menjadi tidak berarti dan baru mendapat perhatian kembali pada akhir abad ke-17 M.

Lokasi




Situs Batujaya secara administratif terletak di dua wilayah desa, yaitu Desa Segaran, Kecamatan Batujaya dan Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Luas situs Batujaya ini diperkirakan sekitar lima km2. Situs ini terletak di tengah-tengah daerah persawahan dan sebagian di dekat permukiman penduduk dan tidak berada jauh dari garis pantai utara Jawa Barat (pantai Ujung Karawang). Batujaya kurang lebih terletak enam kilometer dari pesisir utara dan sekitar 500 meter di utara Ci Tarum. Keberadaan sungai ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keadaan situs sekarang karena tanah di daerah ini tidak pernah kering sepanjang tahun, baik pada musim kemarau atau pun pada musim hujan.
Lokasi percandian ini jika ditempuh menggunakan kendaraan sendiri dan datang dari Jakarta, dapat dicapai dengan mengambil jalan tol Cikampek. Keluar di gerbang tol Karawang Barat dan mengambil jurusan Rengasdengklok. Selanjutnya mengambil jalan ke arah Batujaya di suatu persimpangan. Walaupun jika ditarik garis lurus hanya berjarak sekitar 50km dari Jakarta, waktu tempuh dapat mencapai tiga jam karena kondisi jalan yang ada.

Penelitian
Situs Batujaya pertama kali diteliti oleh tim arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia (sekarang disebut Fakultas Ilmu Budaya UI) pada tahun 1984 berdasarkan laporan adanya penemuan benda-benda purbakala di sekitar gundukan-gundukan tanah di tengah-tengah sawah. Gundukan-gundukan ini oleh penduduk setempat disebut sebagai onur atau unur dan dikeramatkan oleh warga sekitar. Semenjak awal penelitian dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2006 telah ditemukan 31 tapak situs sisa-sisa bangunan. Penamaan tapak-tapak itu mengikuti nama desa tempat suatu tapak berlokasi, seperti Segaran 1, Segaran 2, Telagajaya 1, dan seterusnya.
Sampai pada penelitian tahun 2000 baru 11 buah candi yang diteliti (ekskavasi) dan sampai saat ini masih banyak pertanyaan yang belum terungkap secara pasti mengenai kronologi, sifat keagamaan, bentuk, dan pola percandiannya. Meskipun begitu, dua candi di Situs Batujaya (Batujaya 1 atau Candi Jiwa, dan Batujaya 5 atau Candi Blandongan) telah dipugar dan sedang dipugar. Walaupun belum didapatkan data mengenai kapan dan oleh siapa candi-candi di Batujaya dibangun, namun para pakar arkeologi menduga bahwa candi-candi tersebut merupakan yang tertua di Jawa, yang dibangun pada masa Kerajaan Tarumanegara (Abad ke-5 sampai ke-6 M). Sampai tahun 1997 sudah 24 situs candi yang ditemukan di Batujaya dan baru 6 di antaranya, umumnya merupakan hanya sisa bangunan, yang sudah diteliti. Tidak tertutup kemungkinan bahwa masih ada lagi candi-candi lain di Batujaya yang belum ditemukan. Yang menarik, semua bangunan candi menghadap ke arah yang sama, yaitu 50 derajat dari arah utara. Juru kunci situs batujaya ini yang sekaligus menjadi pengurus bernama Pak Kaisin Kasin.

Candi Jiwa


Candi Jiwa yang dikenal sebagai Unur Jiwa, terletak di tengah areal persawahan berupa gundukan tanah yang berbentuk oval setinggi 4 meter dari permukaan tanah. Bangunan yang berukuran 19 x 19 meter dengan tinggi 4,7 meter ini tidak mempunyai tangga masuk dan di bagian permukaan atas terdapat susunan bata yang melingkar dengan garis tengah sekitar 6 meter yang diduga merupakan susunan dari bentuk stupa. Nama Candi Jiwa diberikan penduduk karena setiap kali mereka menambatkan kambing gembalaannya di atas reruntuhan candi tersebut, ternak tersebut mati. Candi yang ditemukan di situs ini seperti candi Jiwa, struktur bagian atasnya menunjukkan bentuk seperti bunga padma (bunga teratai). Pada bagian tengahnya terdapat denah struktur melingkar yang sepertinya adalah bekas stupa atau lapik patung Buddha. Pada candi ini tidak ditemukan tangga, sehingga wujudnya mirip dengan stupa atau arca Buddha di atas bunga teratai yang sedang berbunga mekar dan terapung di atas air. Bentuk seperti ini adalah unik dan belum pernah ditemukan di Indonesia. Ketika umat Budha melakukan ritual ditempat ini mereka mengitari candi jiwa seturut dengan perputaran arah jarum jam.
Jalan setapak yang akan dikelilingi umat Budha saat mengadakan ritual
Bangunan candi Jiwa tidak terbuat dari batu, namun dari lempengan-lempengan batu bata. Pada masa lampau, masyarakat membuat batu bata dengan menggunakan kayu sebagai media bakarnya, itulah yang membedakan batu bata pada masa lampau yang lebih terlihat gosong dibandingkan dengan batu batu masa sekarang yang dibakar menggunakan oven, walaupun suhu bakaran kedua-duanya berkisar 45 derajat celcius. Dan yang menjadi keunikan, batu bata didaerah batujaya itu berukuran sangat besar dibandingkan dengan ukuran batu bata di daerah Jakarta dan sekitarnya. 


sumber : http://berpetualangdiindonesia.blogspot.com/2011/04/wisata-sejarah-di-candi-jiwa-batu-jaya.html